Tingkatan Jihad
Tingkatan jihad paling rendah adalah
menentang dengan hati, sedangkan tingkat paling tinggi adalah berperang
fî sabîlillâh. Di antara keduanya ada jihad dengan lisan, tulisan,
tangan, berkata benar secara tegas di hadapan penguasa zhalim, dan
lainnya.
Semakin tinggi tingkatan dakwah maka akan semakin tinggi usaha
jihad yang dibutuhkan, dan semakin tinggi pula bayaran yang harus
dikeluarkan, sehingga dengan itu akan semakin tinggi pula ganjaran yang
akan Allah berikan; di dunia, apalagi di akhirat.
Beberapa tingkatan
jihad adalah sebagai berikut:
Tingkatan Pertama: Jihad Melawan Hawa Nafsu
Aplikasinya dengan terus mempelajari
kebenaran, mengetahui halal haram, dan mengarahkan nafsu pada ketaatan
di jalan Allah. Di antara hak Allah dari hamba-Nya adalah taat pada-Nya
dan tidak bermaksiat, mengingat Allah dan tidak melupakan-Nya, bersyukur
pada-Nya dan tidak kufur.
Semua ini hanya bisa dilakukan secara optimal dengan jihad, sebagaimana sabda Rasulullah Saw.,
“Mujahid adalah orang yang berjihad mengendalikan nafsunya untuk taat kepada Allah, sedangkan muhajir (orang yang melakukan hijrah) adalah mereka yang menjauhkan dirinya dari hal yang dilarang Allah Swt..”
Semua ini hanya bisa dilakukan secara optimal dengan jihad, sebagaimana sabda Rasulullah Saw.,
“Mujahid adalah orang yang berjihad mengendalikan nafsunya untuk taat kepada Allah, sedangkan muhajir (orang yang melakukan hijrah) adalah mereka yang menjauhkan dirinya dari hal yang dilarang Allah Swt..”
(HR. Ahmad).
Jihad nafsu merupakan tangga pertama.
Barangsiapa yang tidak mampu menempuh tangga ini maka ia tidak layak
meniti tangga berikutnya.
Tingkatan Kedua: Jihad Mengamalkan Ilmu
Karena ilmu tanpa amalan tidak bermanfaat
bahkan menghancurkan. Bila ilmu tidak diamalkan maka Islam hanya teori,
pengetahuan, dan pemikiran. Dan ilmu ini tidak akan mampu dijalankan
secara optimal kecuali dengan berjihad melawan nafsu dan semangat untuk
terus beramal. Ini adalah manhaj para sahabat.
Abi Abdurrahman Al-Silmi berkata, “Usman
bin Affan, Abdullah ibnu Mas’ud, dan sahabat lainnya ketika mereka
mempelajari 10 ayat dari Rasulullah maka mereka tidak menambah pelajaran
ayat lainnya sebelum mereka benar-benar mengetahui dan mengamalkannya.
Mereka mengatakan, “Kami mempelajari ilmu sekaligus amal.”
Tingkatan Ketiga: Jihad Menyebarkan Dakwah Islam
Dakwah berarti mengajarkannya kepada
orang-orang yang belum mengetahuinya. Tingkatan jihad ini sangat
penting, apalagi ketika kerusakan, kemaksiatan, kelalaian telah
menggurita di masyarakat. Hukum Allah swt telah hilang dari muka bumi.
Berjihad di jalan dakwah ini mengharuskan menanggung beban yang berat,
hinaan, tidak berleha-leha, mengetahui secara yakin yang didakwahkan,
dan berjihad hanya untuk meninggikan kalimat Allah swt .
Tingkat Keempat: Jihad Menaklukkan Godaan Setan
Ibnu Qayyim membagi dua tingkatan ini,
[1] Jihad melawan syubhat (menangkal segala hal yang menyebabkan
sesorang ragu dalam keimanannya). [2] Jihad melawan keinginan yang
menghancurkan dan syahwat. Jihad pertama adalah dengan keyakinan dan
jihad kedua adalah dengan kesabaran.
Allah telah memperingati manusia terhadap perang melawan godaan setan. Dalam surat Al-Hijr Allah swt berfirman yang artinya,
قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ﴿٣٩﴾ إِلاَّ عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ ﴿٤٠
“Iblis
berkata, ‘Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku
sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan
ma’siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
kecuali hamba-hamba Engkau yang ikhlas di antara mereka.’” (QS. Al-hijr:
39-40).
Ibnu Qayyim mengatakan, “Sesungguhnya
jihad melawan nafsu lebih dahulu dari pada jihad berperang melawan
musuh. Barang siapa yang tidak mampu berjihad melawan nafsunya terlebih
dahulu; mengerjakan perintahnya dan meninggalkan larangnnya, maka ia
tidak berhak untuk berjihad berperang melawan musuh.” (Zâdul Ma‘âd).
Setelah itu, tingkatan jihad paling
tinggi adalah berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang belum Allah
beri kesempatan (taufîq) untuk melakukannya, maka hendaknya ia mencintai
para mujahidin dengan sepenuh hati. Mendukung mereka dengan segenap
pikiran.
Jangan sampai tidak mencintai para mujahid, karena hal ini
menyebabkan kerasnya hati dan mendapatkan azab dari Allah. Hal ini
sebagaimana firman Allah yang terkandung dalam surat Al-Taubah ayat
91-93.
Terimakasih dipetik dari link :
https://dupahang.wordpress.com/2009/03/04/pendidikan-jihad-komprehensif/
Jazak ALLAHU khayr ..
No comments:
Post a Comment