Saturday, August 24, 2019

SURAH AL BAQARAH AYAT 285-286 ...







Daripada Ibni Mas’ud, berkata Ia : Bersabda Junjungan Nabi s.a.w.:
“Barangsiapa yang membaca dua ayat daripada akhir surah Al-Baqarah pada malam hari nescaya mencukupi keduanya akan dia.”
Adapun dua ayat tersebut ialah : 
1. Firman Allah Ta’ala : ( Aamanar rasuulu bimaa unzila llaihi mir rabbihi wal muminuun. Kullun aamana billaahi wamalaaikatihi wakutubihii warusulihii laa nufarriqu baina ahadim mir rusulihii waqaaluu sami’naa wa atha’naa ghufraanaka rabbanaa wailaikal mashiir).


285. Rasulullah telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan juga orang-orang yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, dan Malaikat-malaikatNya, dan Kitab-kitabNya, dan Rasul-rasulNya”. Mereka berkata lagi: “Kami dengar dan kami ta’at. (Kami pohonkan) keampunanMu wahai Tuhan kami, dan kepadaMu jualah tempat kembali”. 


2. ( Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus’ahaa lahaa maa kasabat wa’alaihaa maktasabat. Rabbanaa laa tu aakhiznaa in nasiinaa au akhtha-naa, rabbanaa walaa tahmil ‘alainaa ishran kamaa hamal tahuu ‘alal ladziina min qablinaa. Rabbanaa walaa tuhammilnaa maa laa thaaqata lanaa bih. Wa’fu ‘annaa waghfir lanaa warhamnaa, anta maulanaa fanshurnaa alal qaumil kaafiriin.)

286. Allah tidak memberati seseorang melainkan apa yang terdaya olehnya. Ia mendapat pahala kebaikan yang di usahakannya, dan ia juga menanggung dosa kejahatan yang diusahakannya. 



(Mereka berdo’a dengan berkata): “Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau mengirakan kami salah jika kami terlupa atau kami tersalah. 

Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau bebankan kepada kami bebanan yang berat sebagaimana yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang yang terdahulu daripada kami. 
Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami tidak terdaya memikulnya. Dan ma’afkanlah kesalahan kami, serta ampunkanlah dosa kami, dan berilah rahmat kepada kami. 
Engkaulah Penolong kami; oleh itu, tolonglah kami untuk mencapai kemenangan terhadap kaum-kaum yang kafir”.
Surah Al-Baqarah (Ayat 285-286)
Makna mencukupi keduanya bagi sesiapa yang membacanya ialah mencukupi kepadanya daripada melakukan ibadah pada malam hari, atau daripada melakukan bacaan Al-Qur’an, ataupun dapat menolak keduanya kejahatan dan bencana syaitan atau manusia dan jin, atau mencukupi untuk menambah kekuatan iqtikadnya, kerana dua ayat itu ada mengandungi makna iman dan amal secara ringkas.


Sabda Rasulullah s.a.w:

“Barangsiapa membaca dua ayat di akhir surah Al-Baqarah pada malam hari nescaya Allah taala akan menjaganya dari segala gangguan musuh dan syaitan.”


Sabda Rasulullah s.a.w:


“Sesungguhnya Allah taala telah mengakhiri surah Al-Baqarah dengan dua ayat yang mana ianya adalah perbendaharaan Allah di bawah ‘Arasy, maka belajarlah kamu akan ayat itu dan ajarkanlah ia kepada isteri-isteri kamu dan anak-anak kamu. Maka sesungguhnya ia adalah solat, doa dan Quran.”
Keterangan
Surah Al Baqarah.

Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Janganlah kau jadikan rumah-rumahmu seperti kuburan, sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang di dalamnya dibaca surat Al Baqarah." (Diriwayatkan oleh Muslim)

Ayat Kursi.
  
Dari Ubai bin Ka'ab ra. berkata: Rasulullah saw. bersabda, "Wahai Abu Munzir, tahukah engkau ayat manakah dalam Al Qur'an yang paling agung menurutmu?" 




Aku menjawab, "Allahu laailaaha illa huwalhayyul qoyyuum (ayat kursi)",
Lalu beliau menepuk dadaku dan bersabda,
"Semoga Allah memudahkan ilmu bagimu wahai Abu Munzir."
(Diriwayatkan oleh Muslim)


ASBABUN NUZUL :
  1. Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan lain-lainnya dari Abu Hurairah, katanya, "Tatkala turun ayat, 'Dan jika kamu melahirkan apa yang terdapat dalam dadamu atau menyembunyikannya, pastilah akan dihisab oleh Allah.' (Q.S. Al-Baqarah 284) sungguh terasa berat oleh para sahabat. 


    Mereka datang kepada Rasulullah saw. lalu bersimpuh di atas kedua lutut mereka, kata mereka, 'Ayat ini telah diturunkan kepada baginda, tetapi kami tidak sanggup memikulnya', maka Rasulullah saw. bertanya, 'Apakah kalian hendak mengatakan seperti apa yang diucapkan oleh Ahli Kitab yang sebelum kalian, 'Kami dengar dan kami langgar?' hendaklah kalian ucapkan, 'Kami dengar dan kami patuhi. Ampunilah kami wahai Tuhan kami dan kepada-Mu kami akan kembali.' 


    Setelah orang-orang itu berusaha membacanya hingga lidah-lidah mereka pun menjadi lunak karenanya, maka Allah pun menurunkan di belakangnya, 'Rasul telah beriman...' (Q.S. Al-Baqarah 285) 


    Sesudah itu ayat tadi dinasakhkan oleh Allah dengan menurunkan, 'Allah tidak membebani seseorang kecuali menurut kemampuannya...'" (Q.S. Al-Baqarah 286) Muslim dan lain-lain meriwayatkan pula seperti di atas dari Ibnu Abbas.
  1. Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan lain-lainnya dari Abu Hurairah, katanya, "Tatkala turun ayat, 'Dan jika kamu melahirkan apa yang terdapat dalam dadamu atau menyembunyikannya, pastilah akan dihisab oleh Allah.' 
    (Q.S. Al-Baqarah 284) 


    sungguh terasa berat oleh para sahabat. 


    Mereka datang kepada Rasulullah saw. lalu bersimpuh di atas 

    kedua lutut mereka, kata mereka,
     'Ayat ini telah diturunkan kepada baginda, tetapi kami tidak


     sanggup memikulnya', maka Rasulullah saw. bertanya, '



    Apakah kalian hendak mengatakan seperti apa yang diucapkan
     oleh Ahli Kitab yang sebelum kalian, 


    'Kami dengar dan kami langgar?' hendaklah kalian ucapkan, 

    'Kami dengar dan kami patuhi. 

    Ampunilah kami wahai Tuhan kami dan kepada-Mu kami akan kembali.' 


    Setelah orang-orang itu berusaha membacanya hingga 
    lidah-lidah mereka pun menjadi lunak karenanya, maka Allah 
    pun menurunkan di belakangnya, 'Rasul telah beriman...' 

    (Q.S. Al-Baqarah 285) 



    Sesudah itu ayat tadi dinasakhkan oleh Allah dengan menurunkan, 'Allah tidak membebani seseorang kecuali menurut kemampuannya...'" 
    (Q.S. Al-Baqarah 286) 


    Muslim dan lain-lain meriwayatkan pula seperti di atas dari Ibnu Abbas.

TAFSIR :

  1. Surah Al-Baqarah dimulai dengan menerangkan bahwa Alquran tidak ada keraguan padanya dan juga menerangkan sikap manusia terhadapnya, yaitu ada yang beriman, ada yang kafir dan ada yang munafik. 


    Selanjutnya disebutkan hukum-hukum salat, zakat, puasa, haji, pernikahan, jihad, riba, hukum perjanjian dan sebagainya. 


    Ayat ini adalah sebagai ayat penutup surah Al-Baqarah yang menegaskan sifat Nabi Muhammad saw. dan para pengikutnya terhadap Alquran itu. 

    Mereka mempercayainya, menjadikannya sebagai pegangan hidup untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. 



    Dan ayat ini juga menegaskan akan kebesaran dan kebenaran Nabi Muhammad saw. dan orang-orang yang beriman, dan menegaskan bahwa hukum-hukum yang tersebut itu adalah hukum-hukum yang benar. 


    Dengan ayat ini Allah swt. menyatakan dan menetapkan bahwa Rasulullah saw. dan orang-orang yang beriman, benar-benar telah mempercayai Alquran, mereka tidak ragu sedikit pun dan mereka meyakini benar Alquran itu. 
    Pernyataan Allah swt. ini terlihat pada diri Rasulullah saw. dan pribadi-pribadi orang mukmin, terlihat pada kesucian dan kebersihan hati mereka, ketinggian cita-cita mereka, ketahanan dan ketabahan hati mereka menerima cobaan-cobaan dalam menyampaikan agama Allah, sikap mereka di waktu mencapai kemenangan dan menghadapi kekalahan, sikap mereka terhadap musuh-musuh yang telah dikuasai, sikap mereka di waktu ditawan dan sikap mereka di waktu memasuki daerah-daerah luar Jazirah Arab. 
    Sikap dan watak yang demikian adalah sikap dan watak yang ditimbulkan oleh ajaran-ajaran Alquran dan ketaatan melaksanakan hukum Allah swt. 

    Inilah yang dimaksud dengan jawaban Aisyah r.a. ketika ditanya tentang akhlak Nabi Muhammad saw. beliau menjawab: 




    ألست تقرأ القرآن؟ قلت بلي قالت : فإن خلق نبي الله كان القرآن 


    Artinya: 
    Bukankah engkau selalu membaca Alquran?" Jawabnya: "Ya." Aisyah berkata: "Maka sesungguhnya akhlak Nabi itu sesuai dengan Alquran." 


    (HR Muslim) 
    Seandainya Nabi Muhammad saw. tidak meyakini benar ajaran-ajaran yang dibawanya dan tidak berpegang kepada kebenaran dalam melaksanakan tugas-tugasnya, tentulah ia dan pengikutnya tidak akan berwatak demikian. 


    Ia akan ragu-ragu dalam melaksanakan cita-citanya, ragu-ragu menceritakan kejadian-kejadian umat yang dahulu yang tersebut di dalam Alquran, terutama dalam menghadapi reaksi orang-orang Yahudi dan Nasrani. 
    Apalagi mengingat bahwa orang-orang Yahudi dan Nasrani adalah orang yang banyak pengetahuan mereka tentang sejarah purbakala di masa itu, karena itu Nabi Muhammad selalu memikirkan dan tetap meyakini kebenaran setiap yang akan beliau kemukakan kepada mereka. 
    Dalam pada itu orang-orang yang hidup di zaman Nabi, baik pengikut beliau maupun orang-orang yang mengingkari, semuanya mengatakan bahwa Muhammad adalah seorang kepercayaan, bukan seorang pendusta. 
    Tiap-tiap orang yang beriman itu yakin akan adanya Allah Yang Maha Esa, hanya Dia sendirilah yang menciptakan makhluk, tidak berserikat dengan sesuatu pun. 

    Mereka percaya kepada kitab-kitab Allah yang telah diturunkan-Nya kepada para Nabi-Nya, percaya kepada malaikat-malaikat Allah, dan malaikat yang menjadi penghubung antara Allah swt. dengan rasul-rasul-Nya, pembawa wahyu Allah. 
    Mengenai keadaan zat, sifat-sifat dan pekerjaan-pekerjaan malaikat itu termasuk ilmu Allah, hanya Allah swt. yang Maha Tahu. 

    Percaya kepada malaikat merupakan pernyataan percaya kepada Allah swt. 
    Dinyatakan pula pendirian kaum muslimin terhadap para rasul, yaitu mereka tidak membeda-bedakan antara rasul-rasul Allah; mereka berkeyakinan bahwa semua rasul itu sama, baik pengikutnya sedikit maupun banyak, baik hukum-hukum yang dibawanya ringan atau berat, banyak atau sedikit, semuanya adalah sama, perbedaan itu disesuaikan dengan keadaan, kesanggupan dan kemaslahatan umat-umat mereka. 

Bersihkan Hatimu dengan Cara Ini - Ustadz Abdullah Taslim, M.A. - 5 Meni...

Cara Mengenal Allah - Ustadz Badrusalam, Lc.

Amalan Yang Paling Berat Timbangan nya | Ust. Badrusalam, Lc

Berdoa - Senjata Bagi Seorang Mukmin - Ustaz Dr. Syafiq Reza Basalamah, ...

sayyidul istighfar ..










Istighfar yang Paling Baik - Ustadz Badrusalam, Lc

Thursday, August 22, 2019

SUBHANALLAH ...




Subhanallah (سبحان الله)

Maksud literalnya adalah "Maha Suci Allah". Jika dikaji dari sudut bahasa, kalimah "Subhaana" adalah membawa maksud tanzeeh, yakni penyucian dan pembersihan dari segala kekurangan dan kelemahan.

Ia terdapat dalam beberapa tempat dalam al-Quran:

"Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu," (al-Mu'minuun: 91)

" Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia)." (al-Qasas: 68)


Daripada ayat-ayat di atas, dapatlah kita simpulkan bahawa kalimah "Subhaanallah" adalah bermaksud Allah Subhaanahu Wata'ala adalah Suci
dari segala kekurangan, kelemahan dan ketidak sempurnaan yang tidak layak bagiNya.


Justeru, apabila melafazkan kalimah "Subhaanallah" , seharusnya terlintas di dalam hati kita bahawa Allah Ta'ala itu Maha Agung,
Maha Sempurna serta langsung tidak ada kekurangan atau kelemahan.

Dari itu, akan lahirlah rasa bahawa diri kita ini adalah hamba yang
hina kerana kita ini serba kekurangan dan banyak membuat kesilapan.

Lalu wajarlah Allah Taala itu disembah dan ditaati, dan kita pula
langsung tidak layak untuk menderhakai Allah, walaupun sedikit.









The word tasbeeh means the act of saying subhanAllah just as tahmeed means the act of saying alhamdulillah.

Tasbeeh is comprised of two words: Subhan and Allah:


Subhan is from seen-ba-ha and it means to glorify, praise, magnify, extol Allah, by tongue or by heart. It includes:

1. To say He has no flaw in His Perfection, that He is Far above any imperfection.

2. He is far above and beyond any similarity to His Creation.

3. He is free from and above all kinds of association (shirk) and any un-divine attributes.







Thursday, August 8, 2019

zikrullah ..





Rasulullah saw bersabda:
“Wahai Abu Dzarr! Berzikirlah kepada Allah dengan zikir khamilan!”

Abu Dzarr bertanya, “Apa itu khamilan?”

Rasul bersabda, “Khafi (dalam hati)”

(Mizan al-Hikmah 3 : 435)

Tahap pertama zikir adalah zikir lisan. 


Kemudian zikir kalbu yang cenderung diupayakan dan dipaksakan. 

Selanjutnya, zikir kalbu yang berlangsung secara lugas, tanpa perlu dipaksakan. Serta yang terakhir adalah ketika Allah sudah berkuasa di dalam kalbu disertai sirnanya zikir itu sendiri.

Inilah rahasia dari sabda Nabi saw :”Siapa ingin bersenang – senang di taman surga, perbanyaklah mengingat Allah”


Tanda bahwa sebuah zikir sampai pada sir (nurani yang terdalam yang menjadi tempat cahaya penyaksian) adalah ketika pelaku zikir dan objek zikirnya lenyap tersembunyi. 


Zikir sirr terwujud ketika seseorang telah terliputi dan tenggelam di dalamnya. 

Tandanya, apabila engkau meninggalkan zikir tersebut, ia takkan meninggalkanmu.





Selamat Hari Raya..

Aidil fitri hari bahgia Hari yang mulia Mohon maaf bersama dipinta Selamat Selamat Hari Raya Sembah salam ayah dan bonda Ampunka...